Selasa, 06 September 2011

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani


“Ingatlah, sesungguh-nya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Terlepas dari pro dan kontra mengenai sosok Syaikh Abdul Qadir al-Jilani , yang jelas ketokohan beliau dalam bidang Thariqah dan Tasawuf sangat masyhur, khususnya di negara kita. Hal itu bisa dibuktikan dengan menyebarnya thariqah beliau di seantero nusantara dan negera-negara lain di belahan bumi ini. Di Indonesia saja, manaqib beliau sangat terkenal dan dibaca di mana-mana oleh semua lapisan masyarakat, baik kalangan pejabat sipil, militer maupun rakyat biasa. Itu semua dapat kita jumpai ketika berlangsung acara-acara majlis dzikir, haul maupun majlis-majlis yang lain. Salah satunya yang terbesar adalah haul yang di selenggarakan oleh Jama’ah Al Khidmah di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya, yang tidak kurang dihadiri oleh tiga ratus ribu orang. Semua itu pada hakekatnya adalah bukti yang menunjukkan kedudukan beliau yang amat tinggi di sisi Allah swt, sehingga Allah swt memuliakan dan mengharumkan nama beliau. Walaupun beliau sudah tidak ada semenjak 867 tahun yang lalu.

Saat-saat terakhir Rasulullah SAW

Ketika ajal Rasulullah SAW semakin dekat, beliau memanggil para sahabat ke rumah Aisyah RA. Beliau berkata: “Selamat datang kalian semua, semoga Allah SWT mengasihi kalian semua. Aku berwasiat kepada kalian semua agar bertaqwa kepada Allah SWT dan menaati segala perintah-Nya. Sesungguhnya hari perpisahan antara aku dengan kalian semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Jika ajalku telah sampai maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah membantu keduanya. Setelah itu, kafanilah aku dengan pakaianku sendiri jika kalian semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Setelah kalian memandikan aku, maka letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu keluarlah kalian semua sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalati aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang terakhir sekali adalah malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kalian semua masuk bergantian secara berkelompok untuk menshalati aku.”
Setelah mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu para sahabat menangis dengan nada yang keras dan berkata: “Ya Rasulullah SAW, engkau adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua. Selama ini engkaulah yang memberi kekuatan dalam penemuan kami dan engkaulah penguasa yang mengurus perkara kami. Apabila engkau tiada nanti, kepada siapakah kami akan bertanya setiap persoalan yang timbul nanti?.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kalian semua jalan yang benar dan jalan yang terang. Dan telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua penasihat yang satu dari padanya pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu ialah al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kalian, maka hendaklah kalian semua kembali kepada al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati.”

Profil Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fithrah


A. Cikal Bakal dan Sejarahnya
1. Latar Belakang
Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah adalah lembaga pendidikan Islam yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, yang salah satu tujuannya adalah melestarikan dan mengembangkan akhlaqul karimah dan nilai-nilai amaliah salafushsholeh.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi dan informasi, serta guna memberikan landasan yang kuat dengan didikan yang akhlaqul karimah, maka dalam hidup dan kehidupan ini, pendidikan -khususnya agama Islam- dan tatanan hidup yang akhlaqul karimah sangat diperlukan untuk membentengi dan melindungi diri, keluarga khususnya anak - anak.